Sebagian besar
praktik-praktik untuk pengendalian operasi di luar negeri memiliki kesamaan
dengan pengendalian operasi domestik. Proses perencanaan dan pengendalian yang
diuraikan seperti perencanaan strategis, penyiapan anggaran, operasi, analisis
varians dan pelaporan, evaluasi kinerja, dan kompensasi manajemen umumnya dapat
diterapkan kepada organisasi multinasional, tetapi mereka harus disesuaikan
dengan konteks organisasi ini. Seperti contoh, operasi di luar negeri dapat diorganisir
sebagai pusat pengeluaran, pusat pendapatan, pusat keuntungan, bahkan sebagai
pusat investasi berikut pertimbangan yang menentukan pilihan dari tipe-tipe
tertentu pusat tanggung jawab, yang dalam banyak hal adalah sama dengan operasi
domestik. Akan tetapi terdapat satu perbedaan penting, yaitu jika operasi di
luar negeri tersebut merupakan pusat pengeluaran atau pusat laba untuk tujuan
pengendalian, kerap kali ini merupakan pusat laba untuk tujuan akuntansi.
Banyak operasi di luar negeri merupakan entitas legal yang didirikan di Negara
tuan rumah, dan oleh karena itu mereka harus memelihara seperangkat catatan
akuntansi yang lengkap untuk kepentingan hukum dan perpajakan.
Terdapat tiga masalah khusus dalam
organisasi global: perbedaan kebudayaan, harga transfer, dan perbedaan nilai
tukar mata uang. Bab ini akan secara khusus membahas ketiga topic ini. Mesipun
pembahasan yang kita lakukan dinyatakan dalam kondisi AS dan anak-anak
perusahaannya di luar negeri, masalah umum yang sama dapat ditemukan pada induk
perusahaan dari Negara mana pun beserta anak perusahaannya di luar negeri.
1.
Perbedaan
Budaya
Salah
satu variabel konteksual yang penting yang memengaruhi pengendalian manajemen
di dalam sebuah perusahaan multinasional adalah perbedaan budaya antar Negara.
Menurut defiinisinya, sebuah organisasi multinasional akan beroperasi di banyak
Negara dan harus siap menghadapi perbedaan budaya seiring dengan koodinasi dan
pengendalian yang dilakukan oleh kantor pusat terhadap anak-anak perusahaannya.
Baik dalam konteks sebuah organisasi atau suatu bangsa, kata “budaya” akan
merujuk kepada nilai-nilai, asumsi dan norma perilaku yang diakui bersama.
Ketika sebuah organisasi merentangkan operasinya melintasi berbagai Negara,
perbedaan budaya yang sangat besar yang berkaitan dengan karakter nasional dan
regional yang ada, mempunyai hubungan yang penting dengan pengendalian
manajemen. Salah satu cara untuk memahami budaya diusulkan oleh Hofstede.
Hofstede membuat sebuah analisis yang sistematis atas perbedaan budaya berdasarkan
sebuah kuesioner yang dijawab oleh kurang lebih 80.000 karyawan IBM yang
berlokasi di 64 negara. Menurut Hofstede, budaya dapat berbeda pada empat
dimensi:
1. Jangkauan kekuasaan
Merujuk kepada sejauh mana kekuasaan
didistribusikan dan dipusatkan secara tidak seimbang. Budaya dengan jangkauan
kekuasaan yang tinggi termasuk Filipina, Venezuela, dan Meksiko. Budaya dengan
jangkauan kekuasaan yang rendah termasuk Israel, Denmark, dan Austria.
2. Individualisme/ koltivisme
Merujuk kepada sejauh mana seseorang
mendefinisikan dirinya sendiri sebagai seorang individu atau sebagai bagian
dari kelompok yang lebih besar. Budaya individualistik yang tinggi
termasuk Amerika Serikat, Australia, dan Inggris. Budaya kolektiitas yang
tinggi termasuk Saudi Arabia, Venezuela, dan Peru.
3. Menghindari ketidakpastian
Merujuk sampai sejauh mana seseorang
akan merasa terancam oleh situasi yang tidak menentu budaya penghindaran
ketidakpastian tertinggi termasuk Jepang, Portugal, dan Yunani. Budaya
penghindaran ketidakpastian terendah termasuk Singapura, Hongkong, dan Denmark.
4. Maskulinitas/feminitas
Merujuk kepada sampai sejauh apakah pengaruh yang dimiliki
oleh salah satu dari kedua nilai dominant tersebut apakah pengaruh yang
dimiliki oleh salah satu dari kedua nilai dominant tersebut berupa
2.
Harga
Transfer
Harga
transfer untuk barang, jasa, dan teknologu merupakan salah satu dari perbedaan
besar yang terjadi antara pengendalian manajemen operasi domestic dan luar
negeri. Namun dalam operasi luar negeri, dibutuhkan beberapa pertimbangan
penting lainnya untuk dapat sampai kepada suatu harga transfer.
Pertibangan-pertimbangan tersebut termasuk perpajakan, peraturan pemerintah,
tarif pengendalian devisa, akumulasi dana, dan joint venture.
- Perpajakan
Tingkat pajak penghasilan efektif
dapat memiliki perbedaan yang sangat jauh di masing-masing Negara-negara asing,
sistem harga transfer yang memungkinkan pengalihan keuntungan ke Negara-negara
dengan tingkat pajak yang rendah dapat mengurangu jumlah pajak penghasilan perusahaan
yang digabungkan dari seluruh dunia.
- Peraturan Pemerintah
Jika tidak diatur oleh pemerintah,
perusahaan akan menetapkan harga transfer untuk meminimalkan laba kena pajak di
Negara-negara dengan tingkat pajak penghasilan yang tinggi. Namun demikian,
otoritas pajak pemerintah menyadari adanya kemungkinan ini dan mengeluarkan
peraturan yang menentukan bagaimana harga transfer dapat dihitung.
- Tarif
Tarif sering kali dipungut
berdasarkan persentase tertentu dari nilai impor suatu produk. Semakin rendah
harganya senakin rendah pula tarif yang akan dikenakan. Timbulnya tarif
biasanya memiliki hubungan terbalik dengan timbulnya pajak pendapatan di dalam
harga transfer. Meskipun tariff untuk barang-barang yang dikirimkan ke suatu
Negara tertentu akan lebih rendah jika harga transfernya juga rendah,
keuntungan yang dicatat di Negara itu dan karenanya pajak penghasilan lokal
atas laba akan ikut tinggi. Jadi, efek bersih dari faktor-faktor
ini harus ikut diperhitungkan dalam menentukan harga transfer yang tepat.
Karena pajak penghasilan umumnya memiiki jumlahnya yang lebih besar daripada
tarif, harga transfer internasional biasanya lebih banyak didasarkan pada pajak
penghasilan daripada tarif.
- Pengendalian Devisa
Beberapa Negara
membatasi jumlah devisa yang tersedia untuk mengimpor beberapa komoditas
tertentu. Dalam kondisi ini, harga transfer yang lebih rendah memungkinkan anak
perusahaan untuk memasukkan komoditas tersebut dalam jumlah yang lebih besar.
- Akumulasi Dana
Perusahaan mungkin ingin mengakumulasikan
dananya di satu Negara tertenttu daripada di Negara lain. Harga transfer adalah
salah satu cara untuk mengalihkan dana tersebut ke dalam atau ke luar Negara
tertentu.
- Joint Venture
Joint venture
memberikan komplikasi tambahan dalam harga transfer. Andai kata sebuah
perusahaan AS mempunyai operasi joint venture di Jepang dengan perusahaan local
Jepang. Jika induk perusahaan AS membebankan harga lebih tinggi bagi komponen
yang dikirimkan ke Jepang, mitra joint venture Jepang kemungkinan besar akan
menolak harga tersebut karena harga itu akan memperkecil laba operasinya dan
mengakibatkan bagian keuntungan dari mitra joint venture Jepang tersebut juga
semakin kecil. Ford Motor Company, dengan sebagian maksudnya untuk menghindari
perselisihan tentang harga transfer, membeli sejumlah besar kepentingan
minoritas Inggris di Ford Lid., pada tahun 1961. Untuk alas an yang sama,
General Motors tidak pernah melakukan joint venture sampai perjanjian yang
dilakukannya dengan Toyota di akhir tahun 1980-an.
- Penggunaan Metode Harga Transfer
Tampilan 1 memperlihatkan metode
harga transfer yang digunakan oleh sebuah contoh perusahaan multinasional yang
memiliki kantor di Kanda, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat untuk pengiriman
antar perbatasan mereka.
- Pertimbangan Hukum
Hampir semua Negara melakukan
beberapa pembatasan pada fleksibilitas perusahaan dalam menetapkan harga
transfer untuk transaksi dengan anak-anak perusahaan di luar negeri. Alasannya
adalah untuk mencegah perusahaan multinasional melakukan penghindaran pajak
penghasilan di Negara tuan rumah. Perhatikanlah contoh-contoh berikut ini:
- Untuk meminimalkan pajak, perusahaan-perusahaan multinasional AS mengalihan asset-asetnya ke Negara dengan pajak penghasilan yang rendah Misalnya, Cayman Islanda yang memiliki 50 bank.
- Perusahaan multinasional AS memindahkan kantor perusahaan “di atas kertas” mereka ke Bermuda, yang tidak mengenakan pajak penghasilan perusahaan. Sebagai contoh, Ingersoll-Rand, Accenture, dan Tyco International menempatkan kantor pusat mereka di Bermuda sedangkan seluruh bisnis mereka dilakukan di Negara-negara lain.
- Perusahaan yang memindahkan property intelektual (paten misalnya) ke Irlandia, sebuah Negara dengan tingkat pajak yang rendah. Kantor pusat di AS akan membayar jumlah yang cukup besar untuk membeli hak penggunaan propert intlektual tersebut, sehingga akan mengalihkan laba kena pajak dan sebuah Negara dengan tingkat pajak yang tinggi ke Negara dengan tingkat pajak yang rendah.
Tampilan
Metode Harga Transfer yang Digunakan oleh Perusahaan
Multinasional
Metode Penetapan Harga
|
Kanada
|
Jepang
|
Inggris
|
Amerika Serikat
|
Metode Berbasis Biaya:
Biaya variable – aktual/standar
Biaya penuh – aktual
Biaya penuh – standar
Biaya variable ditambah markup
Biaya penuh ditambah markup
Jumlah berbasis biaya
Metode Berbasis Pasar:
Harga pasar
Harga pasar dikurangi biaya penjualan
Lain-lain
Jumlah bebasis pasar
Harga Negoisasi
Lain-lain
|
5%
-
26
-
2
33%
-
-
-
37%
26%
4%
100%
|
3%
-
38
-
-
41%
-
-
-
37%
22%
-
100%
|
5%
-
28
-
5
38%
-
-
-
31%
20%
11
100%
|
1%
4
7
1
28
41%
26
12
8
46%
13%
-
100%
|
Section 482 memberikan aturan-aturan untuk menentukan harga
transfer pada penjualan antar anggota dari kelompok yang sepengendali.
Metode-metode harga antar perusahaan sepengendali yang dapat diterima, disusun
menurut prioritasnya dari yang paling penting adalah sebagai berikut :
1. Metode
perbandingan dengan harga tidak sepengendali
Harga yang wajar dapat dipastikan dari
penjualan barang atau jasa yang dapat diperbandingkan antara perusahaan
multinasional dan pelanggan yang tidak memiliki hubungan istimewa, atau antara
dua perusahaan yang masing-masing tidak saling memiliki hubungan istimewa.
Hal – hal yang dapat memengaruhi harga
adalah antara lain, kualitas produk, syarat penjualan, tingkat pasar, dan
wilayah geografis di mana jenis barang tersebut dijual, tetapi untuk diskon
jumlah, penyisihan promosi dari kerugian khusus yang disebabkan oleh perbedaan
nilai tukar mata uang dan selisih kredit tidak diperhitungkan.
Harga yang lebih rendah dan bahkan
penjualan di bawah harga penuh, diizinkan dalam hal-hal tertentu seperti selama
penetrasi sebuah pasar baru atau dalam mempertahankan pasar yang ada di suatu
wilayah tertentu.
2.
Metode
harga jual kembali.
Bila
tidak ada penjualan yang dapat dibandinkan, metode berikutnya yang
diperbolehkan adalah metode harga jual kembali. Dalam metode ini, wajib pajak
bekerja mundur dari hargapenjualan final pada saat kekayaan yang dibeli dari
perusahaan afiliasi dijual kembali dalam sebuah penjualan tidak sepengendali.
Harga jual kembali ini dikurangi dengan persentase keuntungan (markup) yang
semestinya berdasarkan penjualan tidak sepengendali oleh afiliasi yang sama
atau oleh penjual lain yang menjual barang yang sama di pasar yang dapat
diperbandingkan. Persentase markup dari pesaing dan rata-rata industri juga
dapat membantu dalam kaitannya dengan hal ini.
Peraturan
meminta metode ini digunakan jika (1) jika tidak tersedia penjualan tidak
sepengendali yang sebanding, (2) penjualan kembali dilakukan dalam jangka waktu
yang wajar sebelum atau sesudah pembelian antar perusahaan sepengendali, (3)
penjualan kembali tidak menambahkan nilai yang berarti kepada barang yang
bersangkutan dengan mengubahnya secara fisik, selain dari kemasan, label, dan
seterusnya, atau dengan penggunaan atas pemanfaatan kekayaan yang tak berwujud
(intangible property).
3.
Metode
harga-plus.
Menurut
metode ini, yang menjadi prioritas terendah di antara ketiga metode yang
diuraikan, titik awal untuk menentukan harga yang wajar adalah biaya untuk
memproduksi produk, dihitung menurut praktik akuntansi yang benar. Ke dalam
biaya ini ditambahkan laba kotor yang wajar yang dinyatakan dalam presentase
tertentu dari biaya dan didasarkan pada penjualan tidak sepengendali yang
serupa yang dilakukan oleh pihak penjual, atau penjual lain, atau tingkat yang
berlaku untuk industri tersebut.
Gambaran
skematis ketiga metode ini adalah sebagai berikut:
1.
Metode perbandingan dengan harga tidak sepengendali:
Harga transfer = Harga yang digunakan
dalam penjualan tidak sepengendali yang sebanding penyesuaian
Dalam penjualan
sepengendali, transaksi yang terjadi adalah antara dua anggota kelompok
sepengendali. Dalam penjualan tidak sepengendali, salah satu pihak bukan
anggota kelompok sepengendali.
2. Metode harga jual kembali:
Harga
transfer = Harga jual kembali yang berlaku – Markup yang memadai Penyesuaian
Harga jual kembali yang berlaku
adalah harga di mana aktiva yang dibeli melalui penjualan sepengendali, dijual
kembali oleh pembeli dalam penjualan yang tidak sepengendali.
Markup yang memadai = Harga jual kembali yang berlaku *
Presentase markup yang wajar
Presentase markup yang wajar =
Persentase dari laba kotor (diekspresikan dalam persentase dari penjualan) yang
didapatkan oleh pembeli (atau penjual kembali) atau piha lain di dalam sebuah
pembelian dan penjualan kembali yang tidak sepengendali yang serupa dengan
penjualan kembali sepengendali.
3. Metode biaya-plus:
Harga
transfer = Biaya + Markup memadai Penyesuaian
Markup yang memadai = Biaya *
Persentase laba kotor yang memadai
laba kotor yang
memadai = Persentase laba kotor (diekspresikan dalam persentase dari biaya)
yang diperoleh oleh penjual kembali atau pihak lain pada enjualan tidak sepengendali
yang sama dengan penjualan sepengendali.
Implikasi dari Section 482
Dari sudut pandang pengendalian manajemen, terdapat dua
implikasi penting dari section 482, yang masing-masing dibahas di bawah ini:
- Meskipun terdapat pembatasan hukum terhadap fleksibilitas perusahaan dalam menentukan harga transfer, namun masih terdapat cukup ruang gera di dalam pembatasan ini.
- Dalam situasi tertentu, pembatasan hokum dapat mendikte jenis-jenis harga transfer yang harus diterapkan.
Ruang
Gerak dalam Harga Transfer
Ada dua kebijakan ekstrem dalam
menangani masalah ini. Beberapa perusahaan mengizinkan anak perusahaan
berurusan satu sama lain sesuai dengan prinsip ekonomi yang wajar dan
membiarkan dampak akibat pajak serta tariff apa adanya. Dengan kebijakan ini,
tak ada lagi keraguan tentang legalitas harga transfer karena anak perusahaan
mencoba melakukan hal ini sesuai dengan yang diminta oleh peraturan yang
berlaku – melakukan transaksi secara wajar. Dengan kebijakan ini, kebijakan
harga transfer untuk Negara asing pada pokoknya akan sama dengan harga transfer
untuk domestic. Akibatnya, system harga transfer akan mendukung system
pengendalian manajemen. Namun pada sisi yang lain, kebijakan ini dapat
menghasilkan total biaya yang lebih tinggi.
Pada sisi eksterm yang lain, harga
transfer untuk Negara asing dapat hamper seluruhnya dikontrol oleh kantor pusat
perusahaan dengan maksud untuk meminimalkan biaya total perusahaan,
memaksimalkan arus kas dalam dolar atau memperoleh kombinasi yang optimum untuk
posisi mata uang. Akan tetapi, kebijakan semacam ini dapat sangat membatasi
kegunaan system pengendalian, karena dalam keadaan tertentu harga transfer
tersebut tidak berhubungan dengan harga yang berlaku jika unit-unit yang
melakukan pembelian dan penjualan adalah independent.
Banyak perusahaan yang mengggunakan
harga transfer untuk meminimalkan pajak dan tariff menggunakan harga transfer
yang sama untuk persiapan anggaran keuntungan dan pelaporan sebagaimana yang
digunakan untuk tujuan akuntansi dan perpajakan. Anggaran yang disetujui
merefleksikan segala ketidakseimbangan yang ditimbulkan oleh harga transfer.
Sebagai ilustrasi, anak perusahaan yang menjual lebih rendah dari harga normal
dapat mengalami rugi sesuai anggaran. Jika laporan atas kinerja actual menunjukkan
bahwa kerugian anak perusahaan ternyata lebih kecil dari yang dianggarkan, maka
kinerjanya dapat dianggap memuaskan, dengan catatn hal yang lain tetap sama.
Singkatnya, harga transfer akan dipertimbangkan dalam baik penyiapan anggaran
maupun analisis hasil-hasilnya.
Pembatasan Hukum dalam Sistem Harga Transfer
Di dalam situasi tertentu, pembatasan
hukum dapat memint digunakannya system harga transfer tertentu, atau sebuah
system transfer yang disukai untuk tidak digunakan.
Tampilan
Nilai Tukar
untuk Berbagai Mata Uang Asing pada 19 Januari 2000
Negara
|
Unit moneter
|
Dolar per Unit atas Mata Uang Asing
(penawaran langsung)
|
Unit Mata Uang Asing per Dolarnya
(penawaran tidak langsung)
|
Inggis
Jerman
Jepang
Swiss
Eropa
|
Pound
Mark
Yen
Franc
Euro
|
0,6128
0,5171
0,0095
0,6265
0,9886
|
1,6320
1,9337
104,85
1,5963
1,0115
|
Dalam situasi yang lain, pendekatan “full cost” yang
implicit dalam Section 482 dapat membatasi kemampuan perusahaan untuk
mentransfer beberapa produk kurang dari full cost-nya. Misalnya, departemen
pemasaran mungkin inin memperkenalkan produk baru dalam pasar pada harga yang
lebih rendah dari harga normalnya, bahkan mungkin tidak cukup tinggi untuk
menutupi full cost tersebut. Ini mungkin merupakan taktik pemasaran yang jitu,
tetapi IRS tidak dapat mengakuinya sebagai dasar yang valid untuk sampai kepada
harga transfer.
Kepentingan
Minoritas
Ketika kepentingan minoritas ikut terlibat, fleksibilitas
manajemen puncak dalam mendistribusikan laba antara anak-anak perusahaan dapat
sangat dibatasi karena pihak minoritas mempunyai hak hokum untuk memperoleh
pembagian yang adil dari laba perusahaan. Dalam kasus ini, anak perusahaan
harus sebisa mungkin melakukan transaksi secara wajar.
3.
Nilai Tukar Mata Uang
Arus kas dari sebuah perusahaan
domestik dinominasikan dalam dolar, dan pada suatu waktu tertentu, setiap dolar
mempunyai nilai yang sama dengan nilai dolar lainnya. Sebaliknya, arus kas
perusahaan multinasional didenominasikan dalam beberapa mata uang di mana nilai
setiap mata uang relative kepada nilai dlar akan berbeda seiring dengan
perbedaan waktu. Variasi ini memperumit masalah pengukuran kinerja anak
perusahaan dan para manajernya. Lebih spesifik lagi, perusahaan multinasional
memiliki eksposur akibat translasi, transaksi dan ekonomi perubahan nilai
tukar. Pertama-tama kita akan membahas nilai tukar secara sinkat dan kemudian
mendiskusikan tiga jenis eksposur nilai tukar dan implikasinya kepada
perancangan system pengendalian.
Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga dari sebuah
mata uang jika dibandingkan dengan mata uang yang lainnya. Hal ini dapat
dinyatakan baik sebagai jumlah unit dari mata uang Negara induk perusahaan yang
diperlukan untuk membeli satu unit mata uang asing (kita sebut penawaran
langsung) atau sejumlah unit mata uang asing yang diperlukan sebagai contoh,
jika dolar AS($) adalah mata uang induk perusahaan dan franc Prancis (FF)
adalah mata uang asing, maka untuk menyatakan nilai tukar dengan sebagai
$0,20/FF adalah bentuk penaawaran langsung dan menyatakannya sebagai FF5/$ adalah
bentuk penawaran tak langsung. Dalam pasar devisa, kedua jenis penawaran
tersebut dipergunakan, tetapi para pedagang biasanya menggunakan salah satu
jenis untuk mata uang tertentu. Tampilan 15.2 memberikan contoh mengenai kedua
nilai tukar yang berlaku pada tanggal 19 Januari 2000 untuk mata-mata uang yang
paling banyak diperdagangkan.
Nilai tukar yang biasanya ditawarkan
(seperti tertera di atas) disebut nilai tukar nominal. Nilai tukar spot adalah
nilai tukar nominal yang berlaku pada satu hari tertentu. Nilai tukar riil
adalah nilai tukar spot setelah penyesuaiaan perbedaan inflasi antara dua
Negara yang dihitung. Ada juga nilai tukar forward, yaitu nilai tukar hari ini
yang dapat digunakan menjadi dasar penyelesaian suatu transaksi yang terjadi di
suatu waktu di masa depan.
Berbagai Jenis Eksposur Nilai Tukar
Eksposur translasi atas nilai tukar
adalah eksposur dari neraca dan laporan laba rugi perusahaan multinasional
terhadap perubahan yang terjadi di dalam nilai tukar nominal. Hal ini
dikarenakan adanya fakta bahwa perusahaan multinasional harus mengonsolidasikan
pembukuan mereka dalam satu mata uang (biasanya mata uang Negara induk
perusahaan), meskipun arus kas mereka didenominasi dalam banyak mata uang.
Eksposur transaksi adalah eksposur
nilai tukar yang dimiliki oleh perusahaan untuk transaksi-transaksi
antarnegaranya ketika transaksi semacam itu dicatat hari ini tetapi
penyelesaian pembayarannya dilaksanakan di kemudian hari. Selama masa di mana
pembayaran atau komitmen penerimaannya masih belum dilakukan, nilai tukar
nominal dapat berubah dan menimbulkan adanya resiko pada nilai dari transaksi.
Contoh transaksi semacam ini termasuk piutang, kewajiban dan utang atau
pembayaran bunga yang belum dilaksanakan dalam mata uang asing.
Eksposur ekonomi adalah eksposur
nilai tukar atas arus kas perusahaan terhadap perubahan nilai tukar riil.
Eksposur ekonomi juga disebut eksposur operasional atau eksposur kompetitif
terhadap nilai tukar.
Pilihan Metrik dalam Evaluasi Kerja
Dalam survey di perusahaan-perusahaan
multinasional, Choi dan Czechowicz menemukan bahwa hamper semua responden
memiliki system evaluasi performa kinerja yang membandingkan aktual terhadap
anggarannya dalam menilai kinerja anak perusahaan. Pada dasarnya, terdapat tiga
kemungkinan pemilihan metric dalam penetapan dan pelacakan anggaran : nilai
tukar yang berlaku pada saat anggara ditentukan (nilai tukar awal), nilai tukar
yang diproyeksikan pada saat anggaran ditentukan (nilai tukar yang
diproyeksikan), atau nilai tukar aktual yang berlaku
Tampilan Pemilihan Metrik dalam
Evaluasi Kinerja
Menelusur Anggaran
Mempersiapkan Anggaran
|
Awal
|
Proyeksi
|
Akhir
|
Awal
|
1
|
2
|
3
|
Proyeksi
|
4
|
5
|
6
|
Akhir
|
7
|
8
|
9
|
Pada saat anggaran dilacak (nilai tukar “akhir’). Terdapat 9
kemungkinan kombinasi metrik dalam menentukan dan melacak anggaran seperti yang
terlihat dalam tampilan
Namun demikian tidak semua 9 sel
tersebut layak dipergunakan; hanya 5 sel yang diberi garis bawah yang layak.
Yang jelas-jelas layak terdiri dari 3 sel dimana anggaran ditetapkan dan
dilacak dengan menggunakan metric yang sama (awal ke awal, sel 1; proyeksi ke
proyeksi, sel 5; akhir ke akhir, sel 9). Demikian pula dengan menetapkan
anggaran dengan menggunakan nilai tukar “awal” dan melacaknya dengan
menggunakan nilai tukar “proyeksi” dan melacak pada nilai tukar “akhir” (sel
6). Namun bagaimanapun, tidaklah logis jika menetapkan anggaran pada nilai
tukar “akhir” dan melacak aktualnya dengan menggunakan nilai tukar awal atau
nilai tukar proyeksi (mengesampingkan sel 7 dan 8). Begitu pula memproyeksikan
nilai tukar dalam menetapkan anggaran dan kemudian melacaknya dengan nilai
tukar yang berlaku di awal (mengesampingkan sel 4).
Permasalahan Dalam Perancangan Sistem Pengendalian
Dari Sudut pandang evaluasi kinerja, di bawah ini adalah pertanyaan-pertanyaan
penting di dalam perancangan suatu system pengendalian:
§ Haruskah para
manajer anak perusahaan dianggap bertanggung jawab atas dampak fluktuasi nilai
tukar terhadap hasil akhir mereka?
§ Haruskah induk
perusahaan menggunakan mata uang Negara induk perusahaan, atau haruskah mereka
menggunakan mata uang local dalam evaluasi kinerja? Selanjutnya, haruskah induk
perusahaan menggunakan nilai tukar awal, nilai tukar proyeksi, atau nilai tukar
akhir dalam menetapkan anggaran?
§ Haruskah induk
perusahaan membedakan akibat dari perbedaan jenis eksposur nilai tukar sembari
mengevaluasi kinerja dari manajer anak perusahaan? Jika ya, bagaimanakah caranya?
§ Bagaimana seharusnya perbedan jenis
eksposur nilai tukar akan memengaruhi evaluasi kinerja ekonomi dari anak
perusahaan, apakah seperti yang membedakan dari evaluasi manajer yang
bertanggung jawab atas anak perusahaan tersebut?
Dalam contoh berikut, jika anggaran dilacak dengan
menggunakan metric yang sama sebagaimana anggaran ditetapkan (FF10/$), maka anak
perusahaan akan terlihat telah menghasilkan $1. alternatifnya, jika anggaran
pada akhir ditetapkan kembali dengan nilai tukar akhir sebesar FF11/$, anak
perusahaan hanya dapat mengharapkan telah menghasilkan laba sebesar $0,91. Jadi
jika metrik yang sama dipergunakan untuk menetapkan dan melacak anggaran, maka
pilihan metrik yang diambil (apakah mata uang local/mata uang asing; apakah
nilai tukar awal, proyeksi, atau akhir) bukanlah sesuatu yang relevan; kinerja
yang dihasilkn akan merefleksikan kinerja operasi dari manajer, yang
independent terhadap dampak translasi.
Anggaran dan Aktual untuk Neraca ANak
Perusahaan
(Nilai Tukar Awal:FF10/$; Nilai Tukar
AKhir:FF11/$)
Anggaran
|
Aktual
|
|||
FF
|
$
|
FF
|
$
|
|
Pendapatan
Laba
|
100
10
|
10
1
|
100
10
|
9,09
0,91
|
Akan tetapi, induk perusahaan akan
menderita kerugian “translasi” pada akhir tahun. Induk
perusahaan tidak memiliki kendali atas pergerakan nilai tukar tersebut. Jika
mereka menggunakan laba atau rugi akibat translasi di dalam mengevaluasi
kinerja manajer anak perusahaan, maka akan timbul beberapa masalah: (1) Hal ini
akan membuat manajer anak perusahaan bertanggung jawab terhadap factor-faktor
yang berada diluar kendali mereka; (2) hal ini tidak akan menghilangkan adanya
laba atau rugi akibat translasi; (3) hal ini tidak memperhitungkan jenis
eksposur nilai tukar lain yang dihadapi oleh anak perusahaan dan (4) hal ini
akan mengacaukan kinerja manajer dan anak perusahaan .
Kita akan menjelaskan bagaimana ini
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan dua tipe generic dari anak perusahaan
dari perusahaan multinasional: “importer murni” dan “eksportir murni”.
Importir murni adalah anak perusahaan
yang menjual sebaian besar produknya di dalam negaranya sendiri, tetapi
mengimpor sebagian besar barang mentahnya dari luar negeri (baik itu dari anak
perusahaan lain atau dari perusahaan luar) ; eksportir murni adalah anak
perusahaan yang menjual kebanyakan produknya keluar negeri (baik kepada anak
perusahaan lain atau dari perusahaan luar lainnya); tetapi membeli sebagian
besar bahan mentahnya di dalam Negara tersebut. Seperti yang ditunjukkan oleh
contoh berikut ini, dalam terjadi pergerakan nilai tukar, anak perusahaan
tersebut tidak hanya akan menghadapi efek translasi, tetapi juga efek
“ketergantungan” yang diakibatkan oleh perubahan nilai tukar.
Eksportir murni melampaui anggaran
(baik dalam $ maupun FF, baik dari segi sasaran laba maupun marginnya), unit
yang seimbang menunjukkan kinerja yang kira-kira menyamai tingkat anggaran
(mencapai sasaran laba dalam FF, tetapi sedikit rendah dalam $; mencapai
sasaran margin untuk kedua jenis mata uang tersebut), dan importer murni tidak
mencapai anggaran (baik dalam $ maupun FF, nilai laba dan margin).
Efek
Transaksi
Pendekatan mendasar dalam menangani eksposur transaksi
adalah dengan menggunakan strategi lindung nilai mata uang asing yang tepat.
Lindung nilai (hedging) adalah transaksi-transaksi yang dapat menurunkan
kemungkinan risiko yang berhubungan dengan arus kas di masa depan. Dalam
prosesnya, perusahaan yang membeli instrument lindung nilai mengalihkan risiko
kepada entitas yang menjual instrument tersebut biasanya adalah bank komersial
dalam kasus untuk pasar valuta. Tentunya sudah pasti jasa semacam itu
membutuhkan biaya.
Lindung nilai adalah praktik yang berlaku umum di banyak
perusahaan sebagai contoh, kapan saja perusahaan membeli asuransi, secara tidak
langsung perusahaan tersebut tengah melakukan transaksi lindung nilai
internasional, dan hal itu dipergunakan sebagai cara untuk mengatasi efek
eksposur transaksi. Untung memberikan ilustrasi yang sederhana; jika sebuah
perusahaan Amerika menjual produknya kepada perusahaan Prancis dengan harga
yang dinyatakan dalam franc Prancis, ia dapat secara bersamaan membeli hak
untuk membeli franc Prancis dengan nilai tukar yang sama seperti jika terjadi
pada tanggal di masa depan di mana piutangnya akan jatuh tempo. Jika perusahaan
tersebut mengalami rugi transaksi di dalam penjualan, maka ia akan mendapatkan
keuntungan pasar opsi dan menyamakan aktiva/pasiva dan pendapatan/pengeluaran
dengan mata uang yang sama. Teknik lindung nilai yang umum, menggunakan pasar
transaksi forward dan masa depan, juga pasar opsi valuta aisng. Dari perspektif
evaluasi kinerja, pertanyaan kuncinya adalah apakah para manjer anak perusahaan
bertanggung jawab atas eksposur dari transaki lindung nilai.
Kinerja
Anak Perusahaan
Sejauh ini kita telah mengusulkan bahwa adalah penting untuk
membedakan antara kinerja ekonomi anak perusahaan dan kinerja para manajernya,
dan pedoman-pedoman yang dibicarakan di atas semata-mata hanya menangani
pengisolasian dampak nilai tukar terhadap kinerja manajer anak perusahaan.
Adalah penting untuk menyadari bahwa kinerja ekonomi anak perusahaan itu
sendiri harus merefleksikan akibat-akibat negatif atau psositif atas eksposur
translasi, transaksi, dan ekonomi.
Jika kinerja ekonomi jangka panjang anak perusahaan (setelah
memasukkan efek nilai tukar) terus memburuk, meskipun kinerja manajernya
memuaskan, maka induk perusahaan harus mengeluarkan pertanyaan yang lebih
mendasar : apakah hal itu memberikan artian ekonomis secara berkelanjutan bagi
perusahaan multinasional untuk meneruskan beroperasi di Negara tersebut, atau
apakah ia sebaiknya memindahkan bisnisnya ke tempat lain? Jawaban atas
pertanyaan ini akan kembali kepada keputusan lokasi bisnis, daripada keputusan
evaluasi kinerja; hal ini seharusnya merupakan sebuah keputusan independent.
Pertimbangan
Manajemen
Dalam
mendesain system evaluasi kinerja anak perusahaan multinasional, perusahaan
dapat mengunakan pedoman-pedoman berikut ini:
- Para manajer anak perusahaan seharusnya tidak dianggap bertanggung jawab terhadap efek translasi. Cara termudah untuk mencapai tujuan ini adalah membandingkan anggaran dengan hasil actual dengan menggunakan metrik yang sama dan mengisolasi efek yang berhubungan dengan inflasi melalui analisis varians. Tak ada gunanya bagi para manajer untuk khawatir tentang metrik yang tepat. Perusahaan multinasional hendaknya memilih metrik apa saja yang ia anggap lebih mudah untuk digunakan.
- Efek transaksi paling baik ditangani melalui koordinisasi terpusat dari kebutuhan lindung nilai perusahaan multinasional secara keseluruhan. Hal ini kemungkinan besar akan jauh lebih murah dan sederhana, dan dapat mencegah manajer anak perusahaan menjadi peramal dan spekulan nilai tukar.
- Manajer anak perusahaan harus bertanggung jawab terhadap efek ketergantungan dari nilai tukar yang diakibatkan oleh eksposur ekonomi.
- Evaluasi anak perusahaan sebagai basis dari pengambilan keputusan untuk menentukan lokasi operasi di sebuah Negara atau merelokasi operasi dari sebuah Negara seharusnya merefleksikan konsekuensi-konsekuensi dari adanya eksposur translasi, transaksi, dan ekonomi
Pada survey yang dilakukan pada tahun 1982, Sapy-Mazella et
al, menemukan dalam evaluasi kinerja manajer anak perusahaan, 79% respondennya
menggunakan metrik yang berbeda untuk menyiapkan anggaran dan melaporkan
kinerja; 66% mempergunakan beberapa peramalan atas nilai tukar untuk menyiapkan
anggaran dan menggunakan nilai tukar aktual pada akhir periode untuk melaporkan
kinerja anak perusahaan secara relative terhadap anggarannya; dan 13%
mempergunakan nilai tukar awal untuk mempersiapkan anggaran dan nilai tukar
actual pada akhir periode untuk melaporkan kinerja. Temuan-temuan ini tidak
konsisten dengan pedoman yang telah kita kembangkan di atas.
Terdapat dua kemungkinan penjelasan
untuk ketidakkonsistenan ini. Pertama, kebanyakan dari system pengendalian ini
dikembangkan pada tahun 1950-an dan 1960-an, ketika nilai tukar adalah tetap;
dimana nilai tukar fleksibel hanya baru-baru ini saja diperkenalkan, perusahaan
multinasional tidak boleh menyesuaikan system evaluasi kinerja mereka dengan
kenyataan yang baru. Kedua, banyak perusahaan tidak dapat membedakan antara
kinerja keuangan manajer dan kinerja keuangan anak perusahaan multinasional.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert & Vijay Govindarajan, 2009,
Management Control System : Sistem Pengendalian Manajemen, Salemba Empat,
Jakarta.